Selasa, 20 November 2012

JERUK SIAM DI KABUPATEN SAMBAS



PROFIL JERUK DI KABUPATEN SAMBAS




I.   Kondisi Saat Ini

a. Identitas Komoditas
Varietas jeruk yang banyak di kembangkan petani di Kabupaten Sambas adalah Jeruk Siem Pontianak(Citrus reticula  Blanco). Varietas jeruk ini mempunyai ciri-ciri; bulat, rasa buah manis sedikit asam, warna kulit hijau kekuningan, warna daging buah kuning, pertumbuhan tanaman rimbun dan pada usia optimal (15 tahun) mencapai tinggi 4,5 meter dan mampu berproduksi mencapai 40 kg/pohon/tahun.
Jeruk Siem Pontianak mempunyai kelebihan dan kelemahan. Keunggulan yang ada pada jeruk ini adalah: rasa buah manis yang sedikit asam dan kulit lebih tebal daripada jeruk siem yang lain. Produktivitas yang tinggi dengan rata-rata 12 ton/ha serta dapat tumbuh di dataran rendah, sesuai dengan topografi Kabupaten Sambas.
Adapun kelemahan jeruk ini antara lain kulit buah yang tipis yang mengakibatkan perlunya kehati-hatian dalam pengangkutan, penyimpanan dan pengepakan.

b. Luas Tanam dan Pengembangan
Luas pertanaman jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas saat ini telah mencapai 6.928,07 Ha. Areal pertanaman yang sudah berproduksi mencapai 3.389,39 Ha dengan produksi mencapai 13.595,17 ton. Pada tanaman yang telah berumur antara 3-4 tahun, rata-rata produktivitas tanaman berkisar 10 � 15 kg/pohon sedang pada tanaman yang telah berumur optimal produktivitasnya dapat mencapai 26 � 32 kg/pohon.
Areal kebun pertanaman jeruk di Kabupaten Sambas sebagian besar berupa hamparan. Sebelum ini, pola penyebaran pertanaman jeruk terpencar. Namun demikian, adanya program rehabilitasi telah mengubah pola pertanaman menjadi lebih terkonsolidasi dalam satu kawasan.
Sebagian besar dari kebun yang ada saat ini merupakan kebun jeruk rakyat yang dimiliki oleh petani ataupun kelompok tani. Sebagian kecil diantaranya termasuk kebun yang dimiliki oleh perusahaan swasta.
Perusahaan swasta yang telah mengembangkan kebun jeruk di Kabupaten Sambas diantaranya adalah PT. Mitra Jeruk Lestari (MJL) dan PT. Mitra Rimba Kalimantan Agro (MRKA atau SMA). Kedua perusahaan tersebut berlokasi di Kecamatan Tebas. Sampai akhir tahun 2003, luas pengembangan areal kebun jeruk oleh PT. MJL telah mencapai 827 Ha dari 1.100 Ha yang akan direncanakan. 100 Ha diantaranya telah berproduksi. Sedangkan PT MRKA saat ini direncanakan akan mengembangkan jeruk seluas 200 Ha meskipun yang baru tertanami sekitar 50 Ha.
Keberadaan kelompok tani jeruk yang ada saat ini juga sudah cukup eksis. Ada sekitar 135 kelompok tani secara aktif terlibat dalam kegiatan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas. Jumlah kelompok tani tersebut melibatkan tidak kurang dari 4.842 orang petani. Sebagian besar petani yang ada telah mengikuti pelatihan teknis usaha tani jeruk siam baik yang diselenggarakan oleh pusat, provinsi maupun pemerintah  kabupaten.
Untuk mendukung pengembangan agribisnis jeruk Siam Pontianak, pihak Dinas Pertanian Kabupaten Sambas juga telah aktif untuk turut mensosialisasikan pentingnya penggunaan benih jeruk bebas penyakit yang dihasilkan dari pola perbanyakan di Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT). Bekerjasama dengan Balai Benih Hortikultura (BBH) Anjungan milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, terus diupayakan agar setiap tahunnya dapat dihasilkan benih jeruk sebanyak minimal 40.000 batang. Volume ini akan terus ditingkatkan seiring dengan berkembangnya industri penangkaran benih setempat dan meningkatnya kebutuhan benih oleh masyarakat.
Saat ini di Kabupaten Sambas juga telah terdapat 2 buah koperasi yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengembangan tanaman jeruk yaitu Koperasi Mitra Sejati dan Koperasi Terigas. Keduanya berlokasi di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Dari kedua koperasi tersebut telah terhimpun sekitar 101 orang yang terlibat dalam kegiatan penangkaran bibit jeruk okulasi dan bibit hortikultura lainnya.
Secara umum, profil usaha tani jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1: Profil Usaha Tani Jeruk Kabupaten Sambas
No.
Uraian
Isian
1
2
3
ON FARM
1.
Bibit
Lokal (entris siem lokal)
2.
Budidaya
Semi intensif
3.
Pemupukan per Ha per tahun (untuk 400 pohon)
      Mono          Urea    : 600 kg
                           SP 36  : 400 kg
                           KCl     : 400 kg
      Majemuk.    NPK   : 400 kg
                           NPK plus : 200 kg
4.
Pengendalian OPT
Dilakukan untuk mencegah OPT dengan menggunakan bahan kimia terdiri atas Insektisida 3-4 lt/Ha dan Fungisida 2-3 kg/Ha
5.
Pengairan
Menggunakan sumber sumur dan dilakukan dengan penyiraman
6.
Pemeliharaan
Dilakukan sanitasi kebun dan pemangkasan serta perlakuan pembungaan
7.
Panen
Cara panen dilakukan dengan dipetik, waktu panen dilakukan sepanjang hari sejak umur 7 � 8 bulan setelah pembungaan .
Panen dilakukan dalam bentuk buah segar.
OFF FARM
1.
Pasca panen dan pengolahan
Dilakukan tindakan meliputi:
      sortasi (berdasarkan kelasa buah dan tingkat pemasakan)
      grading (untuk menentukan buah kelas A, B, C, D dan E)
      packaging (dengan menggunakan peti kayu berukuran 25 � 50 kg buah)
      Penyimpanan (dalam gudang berAC)
2.
Pemasaran
      Bentuk produk
      Tujuan pasar
      Jarak pasar
      Pelaku pasar
      Rantai pemasaran


o     berupa buah segar
o     pasar lokal (30%); pasar luar kab (70%)
o     Antar kec. berkisar 25-75 km
o     Konsumen di pertokoan
o     1. petani  konsumen
    2. petani  Pengumpul (TPK)  agen pengumpul  pengecer konsumen
3.
Harga
a. Kualitas A-B Rp. 7.000 � 10.000/kg
b. Kualitas C Rp. 4.000 � 7.000 / kg
c. Kualitas D Rp. 2.500 � 4.000 / kg
4.
Cara pemasaran
Dilakukan oleh petani sendiri menjual secara langsung ke pengumpul
5.
Analisa Kelayakan Usaha Tani per Hektar
      Skala usaha
      Biaya produksi
      Nilai produksi
      Keuntungan


o     1 Ha
o     Rp. 35.875.000 (s/d tahun ke-4)
o     Rp. 52.000.000 (s/d tahun ke-4)
o     Rp. 16.125.000
Usaha Tani Jeruk Di Kabupaten Sambas (Lampiran 1)



II.  Peluang Investasi dan Potensi Pengembangan
Agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas saat ini telah berkembang dengan pesat. Lokasi pengembangan jeruk di kabupaten ini tersebar di 12 kecamatan pada 111 desa. Dua tahun sebelumnya, pengembangan  agribisnis jeruk di Sambas baru mencapai 6 (enam) kecamatan pada 55 (lima puluh lima) desa. Sentra utama pengembangan agribisnis jeruk di Sambas terdapat di Kecamatan Tebas yang mencapai hampir setengah dari luas areal pengembangan jeruk di Kabupaten Sambas yaitu mencapai 3.241 Ha dari total seluas 6.928,07 Ha.
Pengembangan sentra jeruk di lokasi Kecamatan Tebas cukup pesat karena di kecamatan ini dulunya merupakan sentra utama pertanaman jeruk di Provinsi Kalimantan Barat. Tradisi masyarakat dan lingkungan egroekologi yang telah memungkinkan untuk dikembangkan kembali menjadi dasar pertimbangan mengapa di kecamatan ini dijadikan fokus utama program rehabilitasi jeruk siem pontianak.
Respon masyarakat dan pengusaha/swasta yang cukup tinggi menyebabkan perkembangan pertambahan areal pertanaman jeruk di Kabupaten Sambas diperkirakan akan terus berkembang dan dapat mencapai luas 20.000 Ha.
Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sambas menyebutkan bahwa berdasarkan kelas kesesuaian lahan, saat ini ada lebih dari 9.650 Ha lahan yang cukup ideal bagi pengembangan jeruk siam Pontianak. Disamping di wilayah Kecamatan Tebas sendiri, pengembangan agribisnis jeruknya  juga telah berkembang di kecamatan lain yaitu Kecamatan Selakau (525 Ha), Pemangkat (642,70 Ha), Semparuk (642,70 Ha), Tekarang (250 Ha), Jawal (305,50 Ha), Sambas (436 Ha), Subah (76 Ha), Sejangkung (131,37 Ha), Teluk Keramat (324 Ha), Galing (163,25 Ha) dan Paloh (75 Ha).
Keberhasilan investasi pengembangan agribisnis jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas sangat ditentukan oleh banyak faktor diantaranya dukungan lahan dan agroklimat serta ketersediaan sarana dan prasarana produksi yang ada.

  1. Potensi lahan
Kabupaten Sambas mempunyai luas area 6.394,70 km2. Dari luas tersebut, luas lahan yang dapat digunakan untuk kepentingan pertanian seluas 537.230 Ha.
Bentuk topografi lahan di Kabupaten Sambas meliputi datar, berbukit dan bergelombang. Jenis tanah yang umum dijumpai diwilayah ini adalah jenis tanah Alluvial dan Podsolik Merah Kuning (PMK).
Letak permukaan air sebagian besar dekat dengan permukaan tanah (rata-rata kurang dari 50 cm). Kondisi ini memudahkan usaha penyediaan air bagi kepentingan pertanian termasuk pengembangan kebun jeruk Siam Pontianak.

  1. Agroklimat
Tinggi tempat            : 1 � 100 meter dpl
- Rata-rata curah hujan per tahun        : 2.800 mm
- Rata-rata jumlah hari hujan per tahun: 132 hari
- Rata-rata jumlah bulan basah : 7 bulan
- Rata-rata jumlah bulan kering : - bulan
- Suhu rata-rata harian             : berkisar 22 � 31 oC
- Kelembaban tahunan            : 81 � 90 %


III.  Dukungan Sarana dan prasarana
Beberapa dukungan investasi yang berupa ketersediaan sarana dan prasarana telah terbangun di beberapa titik lokasi sentra pengembangan agribisnis Jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas. Meskipun beberapa diantaranya masih sederhana, namun demikian kapasitasnya kedepan akan terus ditingkatkan. Beberapa dukungan tersebut diantaranya:
-      Sistem Irigasi
Irigasi yang ada dilokasi pengembangan jeruk di Kabupaten Sambas umumnya masih irigasi sederhana dengan sumber air yang berasal dari air sungai atau air pasang surut. Sebagian kecil lainnya mengandalkan air hujan. Meski demikian, letak permukaan air yang relatif tidak terlalu dalam memungkinkan adanya penggunaan teknologi pomponisasi.
-      Jalan Usaha Tani
Beberapa titik lokasi di sentra pengembangan jeruk di Kabupetan Sambas telah dibangunkan jalan usaha tani. Salah satu diantaranya terdapat di Desa harapan kecamatan Pemangkat. Meskipun fisik jalan usaha tani yang ada masih sederhana, namun dengan swadaya masyarakat kemampuan dan kapasitasnya terus meningkat.
-      Pasar
Jumlah pasar di Kabupaten Sambas saat ini mencapai 26 buah yang berada di 9 Kecamatan. Meski belum berfungsi penuh sebagai pasar khusus buah, tetapi dengan meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat yang tertumpu pada hasil buah (jeruk), diharapkan kedepan salah satu diantaranya dapat berfungsi sebagai pasar khusus buah.
-      Industri Olahan
Industri pengolahan jeruk di Kabupaten Sambas baru beroperasi. PT. Mitra Jeruk Lestari merupakan salah satu swasta yang mengembangkan industri tersebut dalam skala menengah. Selain itu, juga terdapat beberapa industri minuman berbahan baku jeruk yang berskala rumah tangga.
-      Mekanisasi Pertanian
Unit pengelola jasa alat dan mesin (UPJA) pertanian di Kabupaten Sambas telah tersedia. Beberapa diantaranya telah memfasilitasi tersedianya peralatan pertanian seperti traktor roda dua dan mesin pompa.
-      Sarana Komunikasi
Akses komunikasi dapat dikatakan telah menyentuh hampir seluruh wilayah di Kabupaten Sambas. Beberapa sarana komunikasi seperti Radio SSB telah tersedia di setiap kantor kecamatan, telepon kabel (hampir selua kecamatan kecuali Sejangkung, Paloh, Galing, Sajingan Besar dan Subah), Handphone (saat ini hanya tersedia di Kecamatan Pemangkat, Sambas dan Tebas), Telegram dan Fax serta internet yang baru di ibukota Kabupaten dan beberapa kecamatan dekat kota.
-      Institusi Permodalan
Institusi permodalan telah tersedia dan siap mendukung pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas. Beberapa institusi tersebut antara lain: BNI, BRI, Bank Kalbar, KUD dan Pegadaian.
-      Pelabuhan
Beberapa pelabuhan kecil terdapat di sekitar Kabupaten Sambas, diantaranya:
1.          Pelabuhan Sentele, 13 km ke daerah sentra
2.          Pelabuhan Pemangkat, 22 km ke daerah sentra
3.          Pelabuhan Paloh, 60 km ke daerah sentra
-      Terminal
Terminal yang diharapkan akan mendukung pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas, antara lain:
1.      Terminal Sambas, 18 km ke daerah sentra
2.      Terminal Selakau, 30 km ke daerah sentra
3.      Terminal Tebas
4.      Terminal Kartiasa, 22 km ke daerah sentra
5.      Terminal Tanjung Katat, 40 km ke daerah sentra
6.      Terminal Teluk Kalung, 41 km ke daerah sentra
7.      Terminal Jawai, 20 km ke daerah sentra
8.      Terminal Sekura, 42 km ke daerah sentra
9.      Terminal Semparuk, 6 km ke daerah sentra
-      Bandara Udara
Terminal udara saat ini hanya berada di Kecamatan Paloh
  
IV. Insentif Yang Disediakan
Pemerintah Kabupaten Sambas sangat serius melihat potensi agribisnis jeruk dalam membangun perekonomian daerah. Hal ini terlihat dari diterbitkannya Keputusan Bupati Sambas Nomor 163 A Tahun 2001 tanggal 20 Juli 2001 tentang penetapan Jeruk sebagai komoditas unggulan daerah Kabupaten Sambas. Sebagai konsekwesi dari perda tersebut, seluruh komponen pemerintah daerah akan dikerahkan secara optimal dalam mendukung suksesnya pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas. Dukungan tersebut baik berupa kebijakan maupun penyediaan sarana fisik yang mendukung berkembangnya investasi dan ekonomi dari aktivitas agribisnis jeruk siam Pontianak.

Pemerintah Kabupaten Sambas telah menunjukkan komitmennya dalam kemudahan bagi para investor untuk mendapatkan lahan, perijinan usaha dan kebutuhan investor lainnya sesuai peraturan yang ada. Selain itu, upaya pengembangan jaringan sarana dan prasarana penunjang agribisnis jeruk di lokasi-lokasi sentra akan terus dimekarkan volume dan kapasitasnya sesuai kebutuhan dan kemampuan pemda.


V.  Kendala dan Upaya Pemecahan Ke depan
a. Kendala yang ditemukan
-                      Budidaya

  •  Sebagian besar di Kabupaten Sambas masih belum menerapkan anjuran  dan norma budidaya jeruk yang baik dan sehat khususnya yang merupakan kebun jeruk rakyat.
  • � Tindakan-tindakan budidaya yang dianjurkan seperti penggunaan benih unggul�bebas penyakit, teknologi pemangkasan dan penjarangan buah, teknologi pengendalian OPT, pembungaan, pengairan maupun pemupukan masih belum dilaksanakan secara optimal.
-                      Permodalan
Sampai saat ini, kontribusi lembaga-lembaga keuangan masih belum dirasakan secara maksimal dalam pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas.
-                      Kelembagaan
Sampai saat ini, eksistensi lembaga petani jeruk masih belum optimal kiprahnya dalam pengembangan agribisnis jeruk di Sambas khususnya, dan di Kalimantan Barat pada umumnya. Untuk itu usaha penguatan organisasi/kelembagaan petani jeruk dalam mewujudkan sosok asosiasi/paguyuban petani jeruk yang kokoh yang mempunyai bargaining position masih perlu dikembangkan.

b.  Upaya pemecahan yang diharapkan
1.      Perlu dukungan pemerintah pusat dan daerah (propinsi-kabupaten) untuk membantu petani dalam pengembangan tanaman jeruk siem di Kabupaten Sambas khususnya mengenai pengadaan bibit bermutu (okulasi) dan pupuk
2.      Adanya penetapan peraturan pemerintah dalam hal standar harga buah jeruk serta jaminan pemasarannya.



VI. Manfaat
�     Pemerintah Kabupaten Sambas sangat berkepentingan terhadap berkembangnya agribisnis jeruk di wilayahnya. Beberapa tahun yang lalu, komoditas jeruk telah secara nyata mengangkat perekonomian masyarakat Sambas dan sekitarnya. Oleh karena itu, kejayaan jeruk waktu itu diharapkan dapat muncul kembali. Pemerintah Kabupaten Sambas berharap dari komoditas jeruk, pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten ini dapat dipacu dan ditingkatkan lagi.
�     Usaha tani jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas secara ekonomi sangat menjanjikan. Pada Lampiran 1 terlihat bahwa keuntungan investasi jeruk di Kabupaten Sambas mulai dapat dicapai pada tahun ke-4. Pada tahun tersebut penghasilan bersih dari investasi jeruk seluas 1 Ha mencapai Rp 18 juta lebih dengan B/C ratio sekitar 0,45. Selain itu, pada tanaman yang telah berusia 6 tahun ke atas keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh jauh lebih besar. Pada usia optimal tersebut, penghasilan bersih mencapai Rp. 26 juta lebih dengan B/C ratio 2,00. (syf/chip)

Sumber :

Minggu, 18 November 2012

Butuh Data (PODES) 2011 kami bisa bantu ....




Implementasi kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi kewilayahan (spasial) yang melengkapi data dan informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small areas) merupakan bahan yang penting bagi perencanaan, implementasi, pengendalian, dan evaluasi pembangunan daerah secara umum atau bahkan secara spesifik menurut wilayah tertentu.


Data hasil pendataan Potensi Desa (Podes) hingga saat ini merupakan satu-satunya sumber data tematik berbasis wilayah yang mampu menggambarkan potensi suatu wilayah setingkat desa di seluruh Indonesia. Data Podes tersebut dapat diolah sehingga dihasilkan informasi penting berbasis wilayah untuk berbagai keperluan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Sebagai contoh, data Podes digunakan untuk mengidentifikasi desa yang masih diklasifikasikan sebagai desa tertinggal dan diduga sebagai wilayah yang dihuni oleh penduduk miskin. Sejalan dengan waktu, kebutuhan terhadap data dan informasi kewilayahan hingga wilayah terkecil dirasakan semakin beragam dan mendesak untuk bisa dipenuhi.

Pendataan Podes telah dilaksanakan sejak tahun 1980 bersamaan dengan penyelenggaraan Sensus Penduduk 1980. Pengumpulan data Podes dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 10 tahun, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Sensus Penduduk, Sensus Pertanian dan Sensus Ekonomi. Namun demikian sejak tahun 2008, pendataan Podes dilaksanakan secara independen dari rangkaian kegiatan sensus. Kuesioner yang digunakan juga sebanyak 3 (tiga) jenis, yaitu kuesioner desa, kuesioner kecamatan dan kuesioner kabupaten/kota. Hal ini dilakukan demi menjaga akurasi dan kelengkapan data.

Pada tahun 2011 ini, Podes tidak terkait dengan manajemen pelaksanaan Sensus Pertanian 2013. Namun demikian kuesioner yang digunakan dilengkapi beberapa pertanyaan terkait pertanian yang bertujuan untuk membantu kelancaran pelaksanaan Sensus Pertanian.  Selain itu pendataan Podes kali ini sedikit berbeda dengan pendataan Podes sebelumnya karena Podes 2011 diintegrasikan dengan Sensus Infrastruktur Desa. Sensus Infrastruktur Desa dilaksanakan untuk mengumpulkan data kualitas infrastruktur fasilitas kesehatan dan pendidikan negeri yang ada di desa. Fasilitas kesehatan yang didata adalah: Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes, dan Posyandu. Fasilitas pendidikan yang  didata adalah semua sekolah negeri SD/sederajat, SMP/sederajat dan SMU/sederajat.

Padatnya jadwal kegiatan BPS ditambah lagi dengan diintegrasikannya Sensus Infrastruktur Desa ke dalam kegiatan pendataan Podes 2011 akan sangat mempengaruhi volume tugas di lapangan. Oleh karena itu semua pihak terkait diharapkan dapat merancang sejak dini pembagian tugas bagi para pelaksana dengan sebaik-baiknya, sehingga semua kegiatan dapat diselesaikan tepat waktu. Selain itu perhatian yang  maksimal bagi terjaganya mutu data sangat diperlukan karena data Podes adalah data kewilayahan yang akan sangat mudah diidentifikasi akurasi maupun kesalahannya.
Pendataan Podes tidak hanya ditujukan untuk menghasilkan data spesifik bagi keperluan pembangunan wilayah, tetapi juga dimaksudkan untuk memberikan indikasi awal tentang fakta-fakta potensi wilayah, infrastruktur/fasilitas serta kondisi sosial-ekonomi dan budaya di setiap desa/kelurahan.
Secara umum tujuan pelaksanaan Pendataan Podes 2011 adalah:
1.       Menyediakan data tentang keberadaan dan perkembangan potensi yang dimiliki desa/kelurahan yang meliputi: sosial, ekonomi, sarana, dan prasarana wilayah,
2.       Menyediakan data untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah di tingkat nasional dan tingkat daerah,
3.       Melengkapi penyusunan kerangka sampling (sampling frame) untuk kegiatan statistik lain lebih lanjut,
4.       Menyediakan data bagi keperluan penentuan klasifikasi/tipologi desa (urban dan rural), desa tertinggal dan tidak tertinggal, dan sebagainya,
5.       Menyediakan data pokok bagi penyusunan statistik wilayah kecil (Small Area Statistics).
Data yang dikumpulkan dalam Podes 2011 merupakan data umum yang memberikan indikasi keberadaan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah.
1.       Potensi Desa/kelurahan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES11-DESA. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kondisi sosial-ekonomi penduduk, ketersediaan infrastruktur, dan beragam pertanyaan tentang pembangunan desa/kelurahan di seluruh Indonesia. Kuesioner PODES11-DESA terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian Inti (Kor) dan bagian Modul. Pertanyaan-pertanyaan Kor akan ditanyakan pada setiap pendataan Podes, sedangkan pertanyaan-pertanyaan Modul akan disesuaikan dengan kebutuhan tertentu. Pada pendataan Podes 2011 ini, kuesioner Modul memuat pertanyaan terkait pertanian. Khusus untuk wilayah nagari dan jorong di Provinsi Sumatera Barat akan didata dengan menggunakan kuesioner PODES11-NAGARI dan PODES11-JORONG. Pada prinsipnya data yang dikumpulkan pada kedua kuesioner ini sama, hanya disesuaikan menurut pertanyaan yang relevan ditanyakan di kedua wilayah tersebut.
2.       Potensi Kecamatan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES11-KEC. Kuesioner ini memuat pertanyaan terkait hal-hal yang lebih relevan ditanyakan di tingkat kecamatan, karena keberadaannya di desa masih terbatas atau karena ketersediaan datanya di tingkat kecamatan lebih lengkap dibandingkan jika dikumpulkan dari setiap desa. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai keberadaan: fasilitas perlindungan social, situs/bangunan bersejarah, obyek wisata, prasarana transportasi, serta aparatur kecamatan.
3.       Potensi Kabupaten/Kota dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES11-KAB/KOTA. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai keberadaan: pertambangan, industri, perhubungan, politik dan keamanan, serta aparatur kabupaten/kota. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang lebih relevan ditanyakan di tingkat kabupaten/kota.
4.       Kualitas Infrastruktur Pendidikan dikumpulkan melalui kuesioner PODES11-SEKOLAH. Kuesioner ini memuat pertanyaan mengenai keberadaan dan kualitas sekolah negeri termasuk jumlah siswa, guru, kondisi ruangan dan sanitasi yang ada di sekolah tersebut.
5.       Kualitas Infrastruktur Kesehatan dikumpulkan melalui 3 (tiga) jenis kuesioner, yaitu PODES11-PUSKESMAS/PUSTU, PODES11-POSKESDES/POLINDES, PODES 11-POSYANDU. Kuesioner ini memuat pertanyaan mengenai keberadaan dan kualitas fasilitas kesehatan termasuk: kondisi ruangan dan sanitasi yang ada di setiap fasilitas tersebut.
Podes dilaksanakan di seluruh desa/kelurahan yang berada di wilayah  Indonesia. Keluaran hasil pendataan Podes ini berupa publikasi yang memuat data tentang potensi yang dimiliki desa/kelurahan. Publikasi provinsi berisi data-data potensi desa yang dirinci per kabupaten/kota sedang publikasi Indonesia dirinci per provinsi. Data-data yang disajikan secara umum dikelompokkan dalam beberapa subjek antara lain:
1.       Sumber Daya Manusia
2.       Sumber Daya Alam
3.       Lingkungan Hidup
4.       Fasilitas pendidikan
5.       Fasilitas kesehatan
6.       Fasilitas ekonomi
7.       Prasarana dan sarana transportasi, komunikasi
8.       Pertanian
Hasil pendataan Podes 2011 diharapkan akan menjadi sumber data kewilayahan yang dapat diandalkan. Selain itu juga akan menjadi acuan bagi penyusunan kerangka sampel wilayah adminstratif bagi pelaksanaan sensus/survei atau kegiatan BPS.

Anda butuh data Podes 2011 yang sudah diolah bisa menghubungi kami di KONTAK-KU pada
 http://masterpodes.blogspot.com/p/kontak-ku.html